Pembinaan Bagi Pengemis


MEMBERIKAN uang kepada para pengemis yang ada di jalanan, bukan berarti investasi amalan pemberinya. Namun, apa yang dilakukan tersebut, justru merupakan investasi bagi orang yang diberi, untuk terus menjadi pengemis. Hal tersebut diungkapkan Wakil Walikota Semarang Mahfudz Ali SH MSi, dalam ’Road Show 10 Kota Menuju Indonesia Sadar Zakat 2009’, yang diselenggarakan Rumah Zakat Indonesia (RZI) Cabang Semarang, Sabtu (29/6) lalu.
Dia menunjuk contoh yang terjadi di kota Semarang. Meski Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang sudah menyediakan tempat singgah, sekaligus membina sejumlah pengemis, gelandangan, dan orang telantar (PGOT), tetap saja banyak di antara mereka yang memilih hidup di jalanan.

’’Padahal, kami tidak hanya menyekolahkan, tapi juga memberi makan, keterampilan, dan lainnya, sehingga nantinya mereka bisa hidup mandiri. Namun, yang sekarang terjadi, setiap terkena razia, para PGOT tetap kembali lagi ke jalanan. Karena di jalanan, mereka bisa memperoleh uang Rp 20.000 sampai Rp 40.000 per hari, tanpa harus bekerja keras,’’ kata Mahfudz.

Semestinya, kata Ketua Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Semarang ini, masyarakat tak memandang menyalurkan sebagian harta untuk orang lain sebagai beramal. Lebih dari itu, usahakan para mustahik (mereka yang berhak menerima zakat) meningkat derajatnya menjadi muzakki (pemberi zakat).

Dalam kesempatan yang sama, CEO Rumah Zakat Indonesia (RZI), dr Pamungkas Kusuma Hendra, mengakui, kesadaran masyarakat untuk menunaikan zakat belakangan ini semakin meningkat. Kendati begitu, pihaknya terus berupaya membangun citra, aktivitas berzakat menjadi budaya atau gaya hidup.

Untuk mempermudah pengumpulan zakat, RZI meluncurkan jemput zakat dengan memanfaatkan fasilitas short messages service (SMS). Caranya, dengan mengetik nama, spasi, jumlah donasi, selanjutnya kirimkan ke 08156511165. Pada malam itu, hasil donasi yang terkumpul sebanyak Rp 206.685.000 dan wakaf tanah seluas 3.000 meter persegi.

Sulitnya Air Bersih di Kalimantan


Kemarau yang terjadi di Kalimantan Selatan selain membawa dampak kabut asap karena seringnya kebakaran lahan hutan, juga berpengaruh terhadap sulitnya mendapatkan air bersih.Kesulitan air bersih sangat dirasakan warga yang jauh dari layanan perusahaan air minum atau masyarakat pedesaan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tanah Bumbu, Kotabaru,Tanah Laut, dan Balangan.

Di desa Mahang Baru Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten HST misalnya, mengaku kesulitan air bersih ini beberapa bulan terakhir, sering terjadinya kemarau yang cukup panjang saat ini.Alternatif sumber air bersih hanya melalui sumur bor bawah tanah. Namun biaya pembuatan satu unit sumur bor bernilai jutaan, sehingga tidak semua warga memilikinya.

Kesulitan air bersih ini berbuntut lagi pada sulitnya memenuhi keperluan untuk mandi, cuci, dan kakus (MCK) masyarakat setempat karena sungai semua yang bisa dimanfaatkan kering tanpa air lagi.

Keinginan memiliki MCK dengan sumber air bersih ini disampaikan tokoh agama setempat, KH Bahran Jamil kepada Gubernur Kalsel, Rudy Ariffin saat melakukan silaturahmi bersama warga, Selasa (29/9) di Mesjid Nurul Huda Desa Mahang Baru Kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten HST.

Dikatakan Bahran Jamil, warga cukup lama kesulitan air bersih ini yang menyebabkan sulitnya melakukan aktivitas MCK, termasuk mendapatkan air untuk keperluan masyarakat di mesjid seperti berwudhu dan sebagainya.Keinginan warga yang lain seperti perbaikan fasilitas jalan juga tidak lupa disampaikan Bahran Jamil kepada Gubernur yang hadir bersama sejumlah pejabat di lingkungan Pemprov Kalsel itu.

Menanggapi hal itu, Gubernur berjanji akan mengupayakan adanya program sanitasi lingkungan seperti bantuan pembuatan sumur bor dari Pemerintah Pusat melalui Dinas Pertambangan seperti yang ada dilakukan di beberapa lokasi.

Gubernur mengaku bisa merasakan kesulitan warga terhadap keperluan sarana MCK karena sulitnya air bersih didapat. Sehingga perlu program sanitasi yang bisa mengatasi masalah ini.Di Banjarmasin sebutnya, sudah ada program sanitasi berbasis masyarakat (sanimas) berupa pembuatan tempat MCK yang dikelola perusahaan daerah. Program inilah yang diharapkan bisa diterapkan di Kabuapten/Kota.

"Tolong nanati disampaikan permohonannya (proposal, red)," ujar Gubernur saat berdialog dengan warga.Setelah ada permohonan lanjutnya, baru dilakukan survey lokasi untuk mengetahui titik-titik mana yang bisa dilakukan pengeboran sehingga dapat memperoleh sumber air yang cukup.

Terkait permohonan lain seperti perbaikan jalan, hal itu akan dilakukan pembicaraan dengan Pemerintah Kabupaten setempat, karena menurut Gubernur, status jalan ada yang milik Pemkab, juga milik Pemprov.

"Jalan kan ada jalan nasional, jalan Provinsi, juga Kabupaten, jadi bagi-bagi tugaslah nanti," ujar Gubernur yang saat itu memberikan bantuan Rp20 juta untuk pembangunan Mesjid Nurul Huda. Selain warga di HST, di Banjarbaru, Tanbu, Kotabaru dan beberapa daerah lainnya mengalami kesulitan serupa. Warga makin sulit mendapatkan pasokan air bersih belakangan.

Tidak sedikit warga desa yang terpaksa berpindah-pindah mencari sumber air bersih yang jaraknya cukup jauh dari permukiman akibat berkurangnya persediaan sumber air di sumur-sumur di sekitar rumah mereka.Pemerintah diharapkan lebih jeli untuk mengambil langkah strategis dalam mengantisipasi kekurangan air bersih yang dikonsumsi oleh warga di musim kemarau saat ini.

(Sumber : Barito Post edisi Rabu, 30 September 2009)

Korban Sutet desak PLN Segera Ganti Rugi


Forum Konsolidasi Masyarakat Korban SUTET di Desa Jatiserang, Kec. Panyingkiran, Kab. Majalengka, berdemo di bawah menara yang ada di wilayahnya, Selasa . Mereka mendesak PT PLN segera merealisasikan tuntutan ganti rugi lahan mereka yang dilintasi saluran udara tegangan ekstratinggi (SUTET) tersebut.

Selain berdemo, mereka juga menyebutkan tengah menempuh jalur hukum yang prosesnya sudah mencapai permohonan peninjauan kembali (PK) atas putusan Mahkamah Agung yang sempat memenangkan PT PLN.

Menurut keterangan koordinator aksi Iwik Ardawi, jumlah warga Majalengka yang lahannya terkena jaringan SUTET sebanyak 1.830 kepala keluarga (KK) dengan luas areal yang terlintasi sebanyak 12.480.000 meter persegi.

Iwik mengatakan, pihaknya tengah berupaya menempuh jalur hukum yang prosesnya kini tengah ditangani Mahkamah Agung. "Kita sedang minta peninjauan kembali atas putusan kasasi yang memenangkan PLN," ungkapnya.

Sementara itu, Humas PT PLN Majalengka Hery Haruman, saat dimintai konfirmasi perihal tuntutan warga mengatakan, persoalan tersebut bukan menjadi kewenangan PT PLN Distribusi Jawa Barat, apalagi UPJ Sumedang ataupun APJ Majalengka. Akan tetapi, itu merupakan kewenangan Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan (Pikitring) Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Sumber: www.pikiran-rakyat.com

Siaga serta Waspadai Hujan Asam



Dampak polusi udara akibat gas buang kendaraan yang sudah melampaui ambang batas tanpa disadari bisa menimbulkan terjadinya hujan asam. Seperti yang dikhawatirkan pakar lingkungan, Dr. Noorsalam Nganro. "Paling bahaya akibat polusi udara ketika Bandung diguyur hujan, sebab akan menimbulkan hujan asam. Air hujan kemudian mengalir masuk ke sungai dan berakhir di Waduk Saguling," kata dosen di Sekolah Ilmu & Teknologi Hayati ITB ini.

Sementara itu, di Waduk Cirata, sekitar empat kilometer dari Waduk Saguling, kini jadi tempat budi daya ikan dengan jaring terapung. Tidak menutup kemungkinan ikan yang hidup dalam air waduk tersebut tercemar oleh timbal melalui hujan asam.Pendapat Noorsalam ini tampaknya perlu diperhatikan serius. Sebab, berbagai penyakit seperti lupus dan autis yang dahulu tak pernah dikenal, namun kini bermunculan termasuk berbagai jenis penyakit baru lainnya. Salah satu penyebabnya dicurigai akibat gas buang (emisi) kendaraan bermotor yang mengandung timbal (Pb) dan mengotori udara.

Kecurigaan itu diperkuat kenyataan bahwa berdasarkan pemeriksaan medis, tidak sedikit darah manusia yang menyimpan kandungan timbal. Fakta ini dibenarkan mantan Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jabar, Taufan Suranto. "Bahkan, tak menutup kemungkinan terjadinya lost generation, jika terus dibiarkan. Terjadi penurunan kualitas kesehatan manusia akibat pencemaran udara tersebut," katanya menambahkan.Berkaitan dengan hal itu, kata Taufan, lembaganya telah melakukan penelitian terhadap anak-anak di sebuah sekolah dasar (SD) di kawasan salah satu pusat Kota Bandung. Hasil sangat mencengangkan terkait soal kandungan timbal dalam darah manusia (anak-anak).

Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan, juga dapat disimak dalam laporan hasil pemeriksaan semester II tahun anggaran (TA) 2007 oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan Kota Bandung, yang mengutip hasil penelitian Colville, R.N., Hutchison E.J. Mindel J.S, dan Warren R.F., dalam The Transport Sector as a Source of Air Pollution (2001).

Isinya menyebutkan Carbon Monoxide (CO) dampaknya mengganggu konsentrasi dan refleksi tubuh, menyebabkan kantuk, dan memperparah penyakit kardiovaskular (jantung). Sedangkan Sulfur Dioxide (SO2), akan meningkatkan penyakit paru-paru.Sementara itu, Natrium Oxide (NOx) dampaknya meningkatkan mortalitas, terutama pada bayi dan balita, serangan asma dan penyakit paru-paru kronis. Sedangkan menipisnya lapisan Ozon (O3) akibat pencemaran udara melalui emisi kendaraan bermotor dampak langsung bagi kesehatan manusia berupa meningkatkan iritasi mata, gangguan pernapasan, menurunkan daya tahan tubuh terhadap flu, dan pneumonia (paru-paru basah).

Jadi, menurut Shecter, M. Kim, M. Golan, L., dalam Valuting a Public: Direct and Indirect Valuation Approaches to the Measurement of the Benefits from Pollution Abatement (1986), dampak pencemaran udara terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia karakteristiknya, yaitu defisiensi oksigen dalam darah, iritasi mata, iritasi dan gangguan sistem pernapasan, kanker, gangguan sistem saraf, gangguan reproduksi dan genetika.

Sedangkan dampaknya pada tanaman dan hewan, yaitu terjadinya kerusakan daun, berkurangnya produktivitas, menurunnya laju fotosintesis, serta gangguan sistem pernapasan dan saraf pusat hewan.Polusi udara juga berdampak pada bahan bangunan, yaitu menyebabkan korosi logam dan pelapukan serta pengotoran. Sedangkan pada ekosistem (udara, air, dan tanah), menyebabkan deposisi asam, perubahan iklim lokal, penipisan lapisan ozon stratosfer. Gangguan estetikanya menimbulkan bau, jarak pandang rendah, dan warna bangunan cepat pudar.

Sementara itu, dampak pencemaran udara terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia, telah menimbulkan kerugian ekonomi sangat besar. Diperkirakan angka kerugian terkait biaya kesehatan akibat pencemaran udara mencapai Rp 12,7 miliar, seperti yang diungkapkan Suhandi D. pada penelitianya "Manfaat Ekonomi Pengurangan Pencemaran Udara di Kota Bandung 2006.

Kelestarian & Penyelamatan Ekosistem Bawah Laut


Kelestarian ekosistem bawah laut di kawasan Taman Nasional Bunaken (TNB) sedang terancam. Penyebabnya aktivitas penduduk Manado, kegiatan pariwisata bahari, binatang pemakan karang, dan pemanasan global. Bagaimana upaya untuk menyelamatkannya?

Kelestarian ekosistem bawah laut di kawasan Taman Nasional Bunaken (TNB) sedang terancam. Penyebabnya aktivitas penduduk Manado, kegiatan pariwisata bahari, binatang pemakan karang, dan pemanasan global. Bagaimana upaya untuk menyelamatkannya?
Jumat, 27 Maret 2009, di tepian Pantai Boulevard, Manado, Sulawesi Utara, berkumpul 120 anggota TNI AL dan 110 anggota Brimob. Ke-120 anggota TNI AL yang dipimpin Komandan Lantamal VIII Laksamana Pertama TNI Willem Rampangilei dan para anggota Brimob di bawah pimpinan Wakil Kepala Polisi Daerah Komisaris Besar Arnold Kondong itu tengah mengikuti program sapu pantai dan laut.

Program yang digagas oleh peneliti oseanografi dari Laboratorium Amakusa Marine Biological, Universitas Kyushu, Jepang, JR Pahlano Daud, itu diikuti pula 15 mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado, serta 20 mahasiswa dan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Pariwisata Manado. Kegiatan sapu laut diikuti 65 penyelam dari Manado, Bali, Bandung, dan Jakarta. Semua yang terlibat dalam kegiatan sapu pantai dan laut itu datang secara sukarela.


Pahlano menjelaskan kegiatan sapu pantai dan laut merupakan salah satu upaya kecil menyelamatkan lingkungan di kawasan konservasi Taman Nasional Bunaken (TNB) Manado. Di perairan laut sekitar TNB telah teridentifikasi sekitar 400 jenis karang sebagai pembentuk utama ekosistem terumbu. Ekosistem terumbu karang tersebut menjadi habitat dari 1.000 jenis ikan. Beberapa di antaranya hiu, pari, giant travely, skipjack, marlin, dan mola-mola. Ada pula jenis ikan mamalia, seperti dugong, hiu paus, paus, dan lumba-lumba.

Sayangnya, kondisi TNB saat ini cukup memprihatinkan akibat tingginya aktivitas penduduk Manado yang menghasilkan limbah organik maupun anorganik. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007, jumlah penduduk Manado sekitar 422.653 orang dengan tingkat kepadatan mencapai 2.686 orang per kilometer persegi. Kepadatan penduduk tersebut, kata Pahlano, menjadi ancaman serius terhadap kelestarian laut. Pasalnya Kota Manado memiliki posisi strategis menghadap ke TNB.

Untuk mengatasi permasalahan itu, Pahlano menyarankan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, khususnya Pemerintah Kota Manado, mereduksi sampah, terutama yang berasal dari daratan Manado agar tidak masuk ke TNB. Selain itu, perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat mengenai perilaku-perilaku yang salah dan mengancam kelestarian sumber daya alam.

Permasalahan yang terjadi di TNB tidak hanya bersumber dari aktivitas masyarakat di darat, tapi juga aktivitas bahari. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan Pahlano, pada periode 2004-2008 jumlah wisatawan yang melakukan kegiatan snorkeling dan diving di TNB meningkat sekitar 11 ribu orang per tahun. Menurut Pahlano, kedua kegiatan itu dapat menyebabkan batang maupun cabang karang patah, terutama jika kegiatan itu dilakukan oleh mereka yang belum berpengalaman.

Persoalan tersebut dapat diatasi dengan cara meningkatkan kualitas pengarahan dari operator diving yang diikuti pengawasan dan penegakan hukum. Pemerintah setempat juga perlu melakukan diversifikasi dan perluasan dive spot yang selama ini jumlahnya baru 35 lokasi, terutama ke pesisir Teluk Manado.

Hewan Pemakan Karang
Kerusakan terumbu karang di sekitar TNB selain disebabkan aktivitas manusia juga akibat “ulah” hewan pemakan karang. Menurut Pahlano, hewan karang yang dikenal masyarakat setempat dengan nama pumparade itu merupakan jenis bintang laut yang berduri (Acanthaster planci). Sedangkan para peneliti umumnya menyebut hewan itu crown of thorns starfish (COTs).
Organisme COTs memang merupakan bagian dari ekosistem terumbu, namun apabila melimpah dalam jumlah besar dapat memusnahkan terumbu karang dalam waktu singkat. Sekarang ini, tutur Pahlano, kepadatan populasi COTs secara umum bergerak pada kisaran intermediate ke high density yang terjadi di Bunaken Timur, Barat, Siladen, dan beberapa lokasi di Manado Tua. Sedangkan di Nain rata-rata berada pada level low-intermediate.

Jika populasi COTs tidak segera diatasi, dalam waktu dekat akan terjadi active outbreak dimulai dari Pulau Bunaken bagian selatan yang kemudian tersebar ke lokasi lain,” kata Pahlano. Suatu daerah dikategorikan mengalami active outbreak apabila populasi COTs jumlahnya lebih dari 30 induk per hektare. Apabila ukuran COTs mencapai diameter 18 sentimeter, maka hewan itu akan menjadi sangat ganas dan memangsa dengan cepat karang dalam areal dengan luasan hingga ribuan hektare.

Pertambahan COTs diperparah dengan semakin sulitnya dijumpai predator COTs, seperti triton (bia tromper) di kawasan TNB. Bahkan, terdapat fenomena COTs yang biasanya menyukainya karang dari famili Acroporaridae maupun karang bercabang (branching) tidak lagi berlaku di TNB.

Karang yang telah dimakan COTs, kata Pahlano, akan meninggalkan tulang kapur putih di bagian rataan terumbu (reef flat). Hal itu menyebabkan karang menjadi rapuh dan sangat rentan terhadap arus, ombak, dan gempa. Akibatnya, ikan-ikan dan organisme lain yang biasanya berlimpah di daerah rataan karang berpindah ke bagian ujung terumbu (reef edge) dan dinding terumbu (reef wall). Selain itu, beberapa di antara spesies ikan kemungkinan tidak mampu beradaptasi alias mati.


Karang yang berada di bagian dinding terumbu yang tidak mampu menahan bagian rataan terumbu pada akhirnya dikhawatirkan longsor dan runtuh. Apabila hal itu terjadi, tentunya memerlukan waktu lama bagi karang untuk membentuk terumbu yang ada seperti sekarang. Beberapa terumbu seperti di Cela-cela dan Bunaken Utara telah memperlihatkan gejala tersebut. Pengangkatan COTs secara langsung dengan hati-hati dari terumbu akan lebih efektif dan efisien ketimbang memakai bahan-bahan kimia.


Permasalahan yang dihadapi terumbu karang di TNB juga erat kaitannya dengan isu pemanasan global (global warming). Menurut Pahlano, pemanasan global dapat menyebabkan terumbu karang berada dalam kondisi kritis. Hal itu dikarenakan terjadi pengasaman laut (ocean acidification) akibat peningkatan karbondioksida dan peningkatan suhu laut (ocean warming).

Indonesia mengalami ketertinggalan Perkembangan Bioteknologi


Pengembangan bioteknologi Indonesia masih kalah ketimbang negara lain. Hal itu terjadi akibat pemerintah terlambat menyadari potensi sumber daya alam Indonesia.

Indonesia Alami Ketertinggalan Pengembangan Bioteknologi menyatakan pengembangan bioteknologi Indonesia tertinggal dibandingkan negara lain. Karena, sejumlah ilmuwan telat menyakinkan pemerintah penyatuan sumber daya alam dengan ilmu pengetahuan.
Padahal, potensi pasar bioteknologi besar di dunia sekarang. Apalagi, Indonesia mempunyai sumber daya alam cukup.

Contohnya, Indonesia mempunyai fotosintesis berupa tanaman hijau tiga kali lebih besar ketimbang negara lain. Pasalnya, Indonesia hanya mempunyai dua musim dibandingkan negara lain empat musim. Dengan begitu selama ini Indonesia seharusnya dapat mengekspor sapi. Namun, sapi diimpor Indonesia dari negara lain. Jika dibandingkan negara lain dapat mengekspor sapi walaupun negara itu mengalami kekeringan.

Namun pemerintah, telah menyadari potensi bioteknologi. Sekarang ilmuwan kewalahan mengimbangi hal tersebut. Sementara itu sejumlah potensi dimiliki Indonesia dalam pengembangan bioteknologi. Hal itu dilakukan dari bioteknologi pertanian, farmasi dan kesehatan, industri (bioproses), lingkungan, dan kelautan.

Gempa Bumi mengakibatkan Tsunami


Dari sejarah kegempaan dan tsunami yang tercatat di BMG, hampir seluruh pantai di Indonesia rawan terhadap tsunami. Gempa bumi yang disertai tsunami terjadi di Aceh 26 Desember 2004 dengan parameter gempa bumi sebagai berikut:
Waktu kejadian : 07:58 : 50,26 Wib.
Episenter : 2, 90 LU - 95,6 BT
Kedalaman : 20 km.
Magnitudo [MB] : 6,8 SR
Magnitudo [MW] : 9,0 SR
Sesar : Sesar turun [ Normal Fault ]

Tsunami yang terjadi tidak hanya melanda Aceh dan Sumatera Utara , tetapi juga melanda negara-negara lain seperti Bangladesh, India, Malaysia, Maldives, Myanmar, Singapura, Srilanka dan Thailand.

Dari hasil pengukuran tinggi tsunami yang dilakukan para ahli dari BMG maupun dari negara lain, diperoleh tinggi tsunami di Aceh merupkan yang tertinggi di dunia sepanjang 100 tahun terakhir yaitu setinggi 34,5 meter [ di Lhok Nga ]. Area yang kena dampak tsunami mencapai kurang lebih 5 km dari pantai.

Bencana Tsunami yang terjadi di Aceh 26 Desember 2004 disebutkan sebagai bencana alam terbesar abad ini, karena besarnya kekuatan gempa buminya serta luasnya dampak yang diakibatkan oleh tsunami. Pengalaman pahit ini membuka mata semua orang akan bahaya tsunami yang sangat dashyat ini, sehingga banyak upaya yang dilakukan agar resiko tsunami dapat dikurangi.

Sampai saat ini belum ada ilmu dan teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi, meskipun secara global pusat gempa bumi serta kekuatan maksimunnya telah diketahui. Dampak yang ditimbulkan oleh gempa bumi selain kerusakan infra-struktur yang dapat menimbulkan tsunami.Dampak/akibat dari kejadian gempa bumi dapat dibedakan menjadi 2 [dua ] bagian, yaitu:
1. Dampak Langsung
Dampak langsung seperti : adanya getaran , bangunan rusak/robah, liquifaction berubah seperti cairan ], gerakan tanah/terbelah/bergeser, tanah longsor dan tsunami.
2. Dampak Tidak Langsung
Dampak tidak langsung dari gempa bumi adalah: terjadinya gejola sosial, kelumpuhan ekonomi, wabah penyakit, gangguan ekonomi, kebakaran dan lain-lain.

Untuk itu, agar dampak akibat gempa bumi dan tsunami dapat diperkecil/dikurangi sangat perlu dilaksanakan mitigasi bencana. Mitigasi adalah merupakan proses untuk meminimalkan dampak negatif bencana alam yang diantisipasi akan terjadi di masa datang itu di suatu daerah tertentu, yang merupakan investasi jangka panjang bagi kesejahteraan semua lapisan masyarakat. Dalam mitigasi bencana gempa bumi; perlu dilaksanakan tindakan berikut, yaitu:

1. Hazard Assessment

Hazard assessment [ mengadakan analisis terhadap bahaya yang akan ditimbulkan] yaitu:

a. Land Slide [ tanah longsor ]
Land Slide/tanah longsor dengan volume tanah yang jatuh/turun cukup besar dan terjadi di dasar laut, dapat mengakibatkan timbulnya tsunami. Biasanya tsunami yang terjadi tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan tsunami akibat gempa..

b. Gunung berapi aktif yang berada di tengah laut, ketika meletus akan dapat menimbulkan tsunami, Tsunami yang terjadi bisa kecil, bisa juga besar, tergantung dari besar kecilnya letusan gunung api tersebut. Banyak gunung api yang berada di tengah laut di seluruh dunia. Untuk di Indonesia, paling terkenal adalah letusan gunung Krakatau, yang terletak di tengah laut sekitar Selat Sunda , yang terjadi 1883. Letusannya sangat dashyat, sehingga menimbulkan tsunami yang sangat besar dan korban yang yang banyak, baik jiwa maupun harta benda . Dampak dari bencana ini juga dirasakan kedashyatanya di negara lain.
c. Tsunami
Pada waktu gempa Aceh terdapat 3 kali pergeseran lempeng di lautan Hindia. Gempa ini menyebabkan tsunami dengan kecepatan 500 km /perjam. Tsunami dirasakan setengah jam setelah gempa. Tinggi gelombang diperkirakan 30 m . Banyak korban akibat tsunami ini, rumah hancur, manusia serta hewan piaraan tersapu gelombang tsunami dengan gelombang ketinggian sekitar 30 meter. Dapat dibayangkan dashayatnya tsunami itu jika tinggi gelombang setinggi bangunan berlantai 8.. Kerusakan akibat soil liquifaction ada terdapat di depan mesjid Baiturahman. Bangunan tiga lantai pada turun, kareba pondasinya turun sebesar 3 meter. Lantai dua menjadi lantai satu.

d. Bangunan yang rusak
Bangunan yang rusak akibat gempa ada beberapa kreteria sebagai berikut:
1.Bangunan yang rata dengan tanah.
2.Bangunan yang kolomnya patah, pelat lantai bersatu.
3.Bangunan kolom dan balok retak tetapi bangunan masih berdiri.

e. Kerusakan akibat gempa Nias
Belajar gempa Nias 28 Maret 2004 yang besarnya 8,7 skala richter yang pusat gempanya berada di lautan Hindia di antara pulau Nias dan pulau Simelu maka kota-kota yang terkena dampak kerusakan dari ; berat sampai ringan. Ukuran berat dan ringan tergantung pada jarak epicentrum, kedalaman gempa dan tinggi bangunan. Untuk kota Gunungsitoli memang sangat dekat dengan epicentrum.
Ciri khas kerusakan pada bangunan di Gunungsitoli dan sekitanya adalah:
1. Bangunan rata dengan tanah.
2. Untuk bangunan tinggi di tengah kota banyak yang rusak hampir rata dengan tanah yang kolomnya patah sehingga pelat lantai saling bertindih atau disebut juga kerusakan tipe sandwich. Kerusakan tipe sandwich diakibatkan oleh karena kolom bangunan tidak sanggup lagi memikul gempa karena kelebihan berat yang dipikul atau kolomnya terlalu kecil. Untuk mencegah agar tidak terjadi kerusakan seperti ini ukuran kolom harus lebih besar ukuran dari baloknya. Bukan sebaliknya.
3. Material bangunan yang dipakai juga rendah, demikian juga tulangan banyak yang terlalu kecil. Jarak kolom yang terlalu jarang.
4. Kerusakan akibat ada soil liquifaction, yakni pada tanah di bawah pondasi ada kandungan pasir jenuh air sehingga banyak bangunan yang terjerambab dari empat lantai menjadi satu. Ditandai juga dengan miringnya bangunan dan ada juga lantainya yang menggelembung.
5. Kerusakan pada jembatan yang pondasinya tergulingdan tergeser dan ada juga abutmentnya yang menjadi berjauhan sehingga gradernya jatuh.

2. Warning System [Membuat Peringatan Dini Bencana ]

Untuk melaksanakan mitigasi bencana , salah satu tindakan adalah membuat suatu sistem peringatan dini. Seperti kita ketahui bahwa gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Aceh 26 Desember 2004 yang lalu telah menelan banyak korban dan kerusakan di berbagai negara, dan Indonesia mengalami dampak yang paling parah. Ratusan orang meninggal,sebagian infra-struktur [bangunan ] di Aceh terutama yang berada di pinggir pantai rata dengan tanah dan ekonomi di Aceh mengalami kelumpuhan. Korban dan kerusakan itu terjadi terutama dampak/akibat dari terjangan tsunami.
Untuk menerbitkan peringatan diri tsunami, harus memenuhi beberapa kreteria , serta diproses melalui beberapa tahap seperti:
1. Menerima data dari seismograph dan langsung diproses secara otomatis dalam kurang waktu dari 3 menit.
2. Menerima data strongmation dari stasiun accelerograph yang terdekat dalam waktu kurang dari 1 menit.
3. Menerima data pressure gauge dari DART buoy terdekat dalam waktu kurang lebih 1 menit.
4. Operator melakukan verifikasi dalam waktu 2 menit, setelah proses otomatis selesai dengan mencocokan data dari gauge dan DART buoy.
5. Operator melalukan verifikasi dengan koordinator atau pihak berwenang untuk menerbitkan jenis peringatan.
6. Peringatan disebarluaskan ke daerah yang terancam tsunami dan jaringan komunikasi internasional.

3. Land Use [ Penggunaan Lahan ]

Perlu diketahui, hutan mangrove atau hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di mara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akat nafas. Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen.
Hutan bakau berperan penting dalam melindungi kawasan pantai dan muara sungai sebagai pelindung alami yang paling kuat dan praktis untuk menahan erosi pantai, menyediakan berbagi hasil kehutanan seperti kayu bakar, alkohol, gula, bahan penyamak kulit, bahan atap, bahan perahu, mempunyai potensi wisata serta tempat hidup dan berkembang biak seperti udang , burung, monyet, dan satwa liar lainnya.

4. Building Codes [ Bangunan tahan gempa/tsunami]

Filosophi perencanaan tahan gempa untuk bangunan yang diadopsi hampir seluruh negara di dunia mengikuti ketentuan berikut ini:
- Pada gempa kecil bangunan tidak boleh mengalami kerusakan.
- Pada gempa menengah komponen struktural tidak boleh rusak, namun komponen non-struktural diizinkan mengalami kerusakan..
- Pada gempa kuat komponen struktural boleh mengalami kerusakan,namun bangunan tidak boleh mengalami keruntuhan.
Seiring dengan perkembangan teknologi dalam perencanan bangunan tahan gempa, telah dikembangkan suatu pendekatan desain alternatif untuk mengurangi resiko kerusakan bangunan akibat gempa , dan mampu mempertahankan integritas komponen struktural dan non-struktural terhadap gempa kuat. Pendekatan desain ini bukan dengan cara memperkuat struktur bangunan, tetapi adalah dengan mereduksi gaya gempa yang bekerja pada bangunan.

Salah satu konsep pendekatan perencanaan yang telah digunakan banyak negara adalah dengan menggunakan isolasi seismic atau sering juga disebut dengan nama base isolator. Base isolator dapat diterapkan baik untuk bangunan baru maupun bangunan yang telah berdiri.

5. Educational Program [ Program Pendidikan]

Bagi korban gempa bumi/tsunami khususnya anak-anak perlu diberi pendidikan untuk mengurangi tekanan atau perasaan takut/trauma yang dialami mereka sewaktu terjadinya gempa bumi/tsunami. Program dimaksud dapat berupa :
1. Mengajak mereka bermain.
2. Mengajarkan berbagai keterampilan.
3. Mengajak berolahraga.
4. Menjadi bapak asuh.
5. Memberikan buku-buku dan majalah yang berisikan kepatriotan.

Indonesia pada umumnya dan wilayah Sumatera Utara pada khususnya merupakan daerah yang rawan terjadi bencana seperti; gempa bumi, banjir, longsor, kebakaran hutan, dan lain-lain. Dalam rangka mengurangi dampak bencana tersebut sangat perlu dilaksanakan mitigasi terhadap bencana-becana dimaksud.

Burung Cendrawasih


Burung ini terkenal karena keindahan bulu dan warnanya. Burung ini terdapat di daerah Irian / Papua. Kira-kira burung apa ya ? Ya… benar… nama burung ini Cendrawasih. Burung cendrawasih merupakan anggota famili Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Mereka ditemukan di Indonesia timur, pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan Australia timur. Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya. Ukuran burung cendrawasih mulai dari Cendrawasih Raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cendrawasih Paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cendrawasih Manukod Jambul-bergulung pada 430 gram.

Burung cendrawasih yang paling terkenal adalah anggota genus Paradisaea, termasuk spesies tipenya, cendrawasih kuning besar, Paradisaea apoda. Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang dibawa ke Eropa dari ekpedisi dagang. Spesimen ini disiapkan oleh pedagang pribumi dengan membuang sayap dan kakinya agar dapat dijadikan hiasan. Hal ini tidak diketahui oleh para penjelajah dan menimbulkan kepercayaan bahwa burung ini tidak pernah mendarat namun tetap berada di udara karena bulu-bulunya. Inilah asal mula nama bird of paradise ('burung surga' oleh orang Inggris) dan nama jenis apoda - yang berarti 'tak berkaki'.

Banyak jenis mempunyai ritual kawin yang rumit, dengan sistem kawin jenis-jenis Paradisaea adalah burung-burung jantan berkumpul untuk bersaing memperlihatkan keelokannya pada burung betina agar dapat kawin. Sementara jenis lain seperti jenis-jenis Cicinnurus dan Parotia memiliki tari perkawinan yang beraturan. Burung jantan pada jenis yang dimorfik seksual bersifat poligami. Banyak burung hibrida yang dideskripsikan sebagai jenis baru, dan beberapa spesies diragukan kevalidannya. Jumlah telurnya agak kurang pasti. Pada jenis besar, mungkin hampir selalu satu telur. Jenis kecil dapat menghasilkan sebanyak 2-3 telur (Mackay 1990).


Hubungan dengan Manusia

Masyarakat di Papua sering memakai bulu cendrawasih dalam pakaian dan adat mereka, dan beberapa abad yang lalu bulu itu penting untuk dibuat topi wanita di Eropa. Perburuan untuk mendapat bulu dan perusakan habitat menyebabkan penurunan jumlah burung pada beberapa jenis ke tingkat terancm; perusakan habitat karena penebangan hutan sekarang merupakan ancaman utama.

Perburuan burung cendrawasih untuk diambil bulunya untuk perdagangan topi marak di akhir abad 19 dan awal abad 20 (Cribb 1997), namun sekarang burung-burung itu dilindungi dan perburuan hanya dibolehkan untuk kebutuhan perayaan dari suku setempat. Dalam hal Cendrawasih Panji, disarankan mengambil dari rumah sarang burung Namdur. Tatkala Raja Mahendra dari Nepal naik tahta pada tahun 1955, ternyata bulu burung cendrawasih pada mahkota kerajaan Nepal perlu diganti. Karena larangan perburuan, penggantian akhirnya diperbolehkan dari kiriman yang disita oleh hukum Amerika Serikat.

Burung cendrawasih dewasa digambarkan pada bendera Papua Nugini. David Attenborough telah menyatakan beberapa burung cendrawasih sebagai jenis hewan favoritnya, mungkin dia menyukai Cendrawasih Botak.


Perkembangan Iptek Lingkungan


Wilayah Indonesia yang secara geografis berada dikawasan tropis dengan lingkungan alam dan sekitarnya cukup bersahabat, kondisi perkembangan iptek awalnya tergantung dari perkembangan peradaban yang awalnyaa dijajah oleh bangsa lain yang umumnya berasal dari kawasan sub tropis, (Belanda, Inggris, Jepang dan Sekutu).

Kondisi awal yang umumnya kurang mendukung, masih terciptanya budaya dengan kemudahan dalam kehidupan dengan kejadian rendah terhadap bencana alam ini, telah memberikan perhatian dan kepedulian tentang penciptaan pengetahuan dan teknologi berjalan sesuai kondisi yang berkembang. Sehingga perkembangan iptek dari awal masih sangat tergantung pada perkembangan di tingkat global. Dari perjalanan Bangsa Indonesia sejak jaman kemerdekaan hingga kini, pengelolaan dan pembinaan iptek terkesan ketergantungan pada iptek manca negara, hingga landasan dasar iptek yang cocok dan sesuai dengan kondisi lingkungan di Indonesia kurang mendapat perhatian dan dukungan.

Kondisi ini umumnya bersamaan dengan ekspansi dan budaya asing telah merebak dan berkembang pula di bumi pertiwi di Indonesia. Adanya upaya pemanfaatan iptek tanpa dilandasi dasar pengetahuan kuat yang berlangsung menjelang akhir abad 20, dengan catatan adopsi iptek dari manca negara, telah memberikan kondisi yang kurang berkembang sebagaimana mestinya. Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan perkembangan kondisi lingkungan mungkin akan dapat dibangun dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang terjadi di bumi pertiwi yang berada di kawasan tropis.

Pembangunan landasan dasar ini mutlak diperlukan saat ini manakala pembangunan dasar yang kuat tersebut dilanjutkan dengan upaya untuk mengembangkan mekanisme yang sesuai dan cocok serta penyesuaian/adaptasi dengan iptek manca negara yang kian merebak.
Karena para ahli dan pemikir dengan kualifikasi pendidikan pasca sarjana dari manca negara, penyesuaian diri dengan pengarahan dan pembinaan yang berjenjang dan berkelanjutan merupakan bagian dari pembangunan dasar iptek yang mungkin akan dapat menahan ketergantungan iptek dari manca negara.

Kemudian pembenahan diri kedalam kaitan dengan sistem pemantauan, pengarsipan dan sosialisasi yang berjenjang dan berkelanjutan akan dapat memberi kontribusi tercapainya landasan iptek di Indonesia. Perkembangan yang telah terjadi dengan masuknya iptek dan budaya manca negara seyogyanya ditelusuri dan dikaji untuk diiringi dengan upaya penyelarasan dan sosialisasi meluas. Dengan adanya kondisi iptek yang tidak tentu arah dengan kondisi lingkungan yang telah berubah telah memberi kondisi yang kini berkembang dengan catatan adanya kecenderungan : Telah ada perlindungan atas produk asli Indonesia (patent produk tertentu), Bencana makin sering namun terlambat dan minim teknologi penanggulangan, Produk pangan (beras) mulai tergantung dari manca negara selebihnya masih tergantung impor, dan lainnya yang terkait.

Dari kondisi iptek saat ini yang umumnya cenderung tergantung pada perkembangan kondisi tingkat internasional, diikuti pula dengan masuknya budaya asing, telah menghantar pada kenyataan budaya bangsa makin kehilangan keasliannya. Selanjutnya dari wacana dan perkembangan budaya iptek dan budaya bangsa Indonesia yang makin pudar keasliannya, maka upaya strategis dan sinergis untuk menyelaraskan kondisi ini seyogyanya perlu penyadaran diri.

Pembangunan landasan masyarakat akan iptek (capacity building development) yang berkelanjutan mungkin merupakan cara yang dapat dilakukan dalam rangka pengentasan kondisi yang makin menjerumuskan pada situasi dan kondisi yang kurang diharapkan oleh kita bangsa Indonesia. Kenyataannya, globalisasi IPTEK dan budaya telah berkembang dan berlangsung. Apakah kita akan berdiam diri atau berupaya agar tidak larut/tenggelam ???.
Kesemuanya ini ditengahkan dalam rangka penyadaran diri dalam pembangunan landasan dari IPTEK (base line) yang spesifik dan sesuai dengan budaya bangsa Indonesia dengan adat ke Timurannya.

Suku Baduy Setuju dijadikan Objek Wisata Budaya


Warga suku adat Baduy mendengarkan dialog para pimpinan adat dengan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dan Wakil Gubernur M Masduki, Minggu 22 April silam. Salah satu ciri khas pria Baduy adalah mengenakan iket di kepala.
Suku Baduy yang bertempat tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, telah menyetujui dijadikan obyek wisata adat budaya yang dapat dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Suku Baduy telah ditetapkan sebagai obyek wisata adat budaya, namun pengelolaannya diserahkan pada pengurus desa setempat. Karena pengelolaannya diserahkan pada aparatur desa setempat, maka pihak Disporabudpar Lebak tidak memungut retribusi dari para pengunjung ke suku tersebut.

Wisatawan yang berkunjung ke lokasi itu, sebagian ada yang melapor dulu ke Disporabudpar tapi kebanyakan langsung menuju ke tempat itu dengan menggunakan "guide" dari luar daerah bahkan langsung dari Jakarta. Bagi wisatawan yang akan berkunjung ke lokasi itu harus lapor terlebih dahulu ataupun langsung silahkan saja, tapi yang penting ketika tiba ke lokasi harus koordinasi dengan aparatur atau tokoh adat setempat.

Suku Baduy mendiami lokasi seluas 5.101 hektare di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, sekitar 38 km dari Rangkasbitung dengan masa tempuh sekitar 1,5 jam dari ibu kota Kabupaten Lebak itu. Suku Baduy dibagi dalam dua bagian yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar. Mereka merupakan komunitas unik karena tidak mau mengenal modernisasi tidak seperti komunitas di Kota Besar seperti Jakarta misalnya karena itu dalam kehidupannya suku Baduy tidak ada kesenjangan sosial, tak ada yang miskin dan kaya, semuanya sama.

Baduy memiliki tata pemerintahan sendiri dengan kepala suku sebagai pemimpinnya yang disebut Puun berjumlah tiga orang yang dibantu delapan orang Jaro yang memiliki fungsi dan tugas masing-masing. Banyak larangan yang diatur dalam hukum adat Baduy, di antaranya tidak boleh bersekolah, dilarang memelihara ternak berkaki empat, tak dibenarkan bepergian dengan naik kendaraan, dilarang memanfaatkan alat eletronik, alat rumah tangga mewah dan beristri lebih dari satu.

Mata pencarian masyarakat Baduy terutama bercocok tanam padi huma dan berkebun serta membuat kerajinan koja atau tas dari kulit kayu, mengolah gula aren, tenun dan sebagian kecil telah mengenal berdagang. Jika suku Baduy dapat mengelola dengan baik bukan hanya mimpi tetapi bisa jadi kenyataan suku Baduy akan lebih membaik kesejahteraannya dari pada sebelumnya.

Sumber: Kompas.com

Gempa Melanda Waingapu


Ilustrasi
Gempa berkekuatan 6,4 pada skala richter (SR), mengguncang Kota Waingapu, Sumba Timur dan sekitarnya, Senin (13/7/2009) sekitar pukul 17.52.21 Wita. Pusat gempa berada pada lokasi 9.44 LS dan 119,32 BT atau 107 km barat Kota Waingapu pada kedalaman 86 km. Pusat gempa berada di darat, sehingga tidak berpotensi tsunami. Belum diketahui adanya kerusakan akibat gempa tersebut.
Pusat gempa lebih dekat ke Sumba Barat Daya, sehingga getaran lebih keras dirasakan di daerah itu dan sekitarnya. "Untuk kota Waingapu dan sekitarnya, getaran III-IV MMI. Sedangtkan Lewa hingga Sumba Barat Daya getarannya lebih besar, yakni IV-V MMI karena lebih dekat dengan episentrum gempa.

Sejauh ini, belum diketahui kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut. Namun hasil konfirmasi sementara dengan Waikabubak dan petugas di Sumba Barat Daya dan sampai sekarang belum ada laporan tentang kerusakan.

Besar kecilnya getaran setiap lokasi berbeda-beda sesuai struktur tanah. Dalam kondisi struktur tanah labil seperti Lewa dengan getaran IV-V MMI bisa menimbulkan kerusakan seperti tembok retak, jendela kaca pecah, barang-barang terpelanting, dan barang-barang besar bergoyang atau bergeser. Sampai saat ini kita belum mengetahui apakah ada rumah yang rusak. Kalau di daerah yang getarannya kuat dan bangunan temboknya tidak kuat bisa terjadi keretakan.

Sementara itu, masyarakat Kota Waingapu sempat panik dan berhamburan keluar rumah saat terjadi gempa. Beberapa di antaranya takut masuk kembali ke dalam rumah karena khawatir ada gempa susulan. Getaran gempa kali ini cukup lama, sekitar satu menit.

Warga di pesisir Pantai Waingapu juga berlarian keluar rumah. Namun karena dalam tempo sekitar 10 menit tidak ada tanda-tanda tsunami, mereka kembali ke rumah, dari pantauan alat pendeteksi gempa sejauh ini tidak ditemukan gempa susulan.

Sumber: kompas.com

Perkembangan IPTEK, Lingkungan dan Budaya Bangsa


Perkembangan IPTEK, Lingkungan dan Budaya BangsaAnny Sulaswatty
Kepala Biro Hukum dan Humas KNRT

Ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan, budaya bangsa merupakan tiga unsur yang sangat erat hubungannya dalam peradaban manusia yang tinggal di planet bumi. Kondisi adaptasi terhadap lingkungan bagi pijakan manusia telah melahirkan pengetahuan dan cara atau teknologi yang tepat guna untuk kesinambungan kehidupan dimuka bumi. Lingkungan tempat seluruh kehidupan makhluk hidup dimuka planet bumi merupakan kondisi awal yang kemudian akan memberi tantangan bagi para penghuni untuk beradaptasi yang kemudian berlanjut dengan perkembangan perilakunya.

Adaptasi yang telah berlangsung sejak manusia pertama ada dan berlanjut secara turun temurun dengan kenaikan jumlah penghuni yang makin lama makin menyebar, makin pula memberi peluang munculnya pemikiran adaptasi dalam kelangsungan hidup. Kondisi adaptasi terhadap lingkungan bagi pijakan manusia telah melahirkan pengetahuan dan cara atau teknologi yang tepat guna untuk kesinambungan kehidupan di muka bumi.Konsep dasar pemikiran munculnya pengetahuan dan teknologi ini, berdasarkan pada kenyataan bahwa kondisi lingkungan menjadikan dasar bagi munculnya iptek dan budaya/perilaku dalam adaptasi dan kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dipelajari dari kondisi lingkungan yang kerapatan penghuninya yang padat/rapat dengan munculnya tantangan dari alam yang sering memberikan bencana seperti yang umumnya terjadi dikawasan daerah sub tropis. Sehingga kawasan sub tropis umumnya memberikan kontribusi yang cukup tinggi dalam peradaban dan budaya manusia dari jaman dulu hingga kini. Kenyataan sejarah membuktikan, bahwa manusia yang tinggal di kawasan sub tropis telah terlebih dahulu maju dari kawasan lainnya di bumi. Oleh karena itu, ekspansi dan perluasan kekuasaan umumnya dilakukan oleh para penghuni yang tinggal di kawasan tersebut dari dahulu hingga jaman modern di abad milinium ke tiga. Dari perkembangan yang sedang berlangsung, memberikan arah dan pandangan bahwa iptek dan budaya lahir dari kondisi lingkungan dan upaya adaptasi dalam menyikapi kondisi lingkungan alam dan sekitarnya.

Wilayah Indonesia yang secara geografis berada dikawasan tropis dengan lingkungan alam dan sekitarnya cukup bersahabat, kondisi perkembangan iptek awalnya tergantung dari perkembangan peradaban yang awalnya dijajah oleh bangsa lain yang umumnya berasal dari kawasan sub tropis, (Belanda, Inggris, Jepang dan Sekutu).

Kondisi awal yang umumnya kurang mendukung, masih terciptanya budaya dengan kemudahan dalam kehidupan dengan kejadian rendah terhadap bencana alam ini, telah memberikan perhatian dan kepedulian tentang penciptaan pengetahuan dan teknologi berjalan sesuai kondisi yang berkembang. Sehingga perkembangan iptek dari awal masih sangat tergantung pada perkembangan di tingkat global. Dari perjalanan Bangsa Indonesia sejak jaman kemerdekaan hingga kini, pengelolaan dan pembinaan iptek terkesan ketergantungan pada iptek manca negara, hingga landasan dasar iptek yang cocok dan sesuai dengan kondisi lingkungan di Indonesia kurang mendapat perhatian dan dukungan.

Kondisi ini umumnya bersamaan dengan ekspansi dan budaya asing telah merebak dan berkembang pula di bumi pertiwi di Indonesia. Adanya upaya pemanfaatan iptek tanpa dilandasi dasar pengetahuan kuat yang berlangsung menjelang akhir abad 20, dengan catatan adopsi iptek dari manca negara, telah memberikan kondisi yang kurang berkembang sebagaimana mestinya. Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan perkembangan kondisi lingkungan mungkin akan dapat dibangun dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang terjadi di bumi pertiwi yang berada di kawasan tropis.

Pembangunan landasan dasar ini mutlak diperlukan saat ini manakala pembangunan dasar yang kuat tersebut dilanjutkan dengan upaya untuk mengembangkan mekanisme yang sesuai dan cocok serta penyesuaian/adaptasi dengan iptek manca negara yang kian merebak.

Karena para ahli dan pemikir dengan kualifikasi pendidikan pasca sarjana dari manca negara, penyesuaian diri dengan pengarahan dan pembinaan yang berjenjang dan berkelanjutan merupakan bagian dari pembangunan dasar iptek yang mungkin akan dapat menahan ketergantungan iptek dari manca negara.

Kemudian pembenahan diri kedalam kaitan dengan sistem pemantauan, pengarsipan dan sosialisasi yang berjenjang dan berkelanjutan akan dapat memberi kontribusi tercapainya landasan iptek di Indonesia. Perkembangan yang telah terjadi dengan masuknya iptek dan budaya manca negara seyogyanya ditelusuri dan dikaji untuk diiringi dengan upaya penyelarasan dan sosialisasi meluas. Dengan adanya kondisi iptek yang tidak tentu arah dengan kondisi lingkungan yang telah berubah telah memberi kondisi yang kini berkembang dengan catatan adanya kecenderungan : Telah ada perlindungan atas produk asli Indonesia (patent produk tertentu), Bencana makin sering namun terlambat dan minim teknologi penanggulangan, Produk pangan (beras) mulai tergantung dari manca negara selebihnya masih tergantung impor, dan lainnya yang terkait.

Dari kondisi iptek saat ini yang umumnya cenderung tergantung pada perkembangan kondisi tingkat internasional, diikuti pula dengan masuknya budaya asing, telah menghantar pada kenyataan budaya bangsa makin kehilangan keasliannya. Selanjutnya dari wacana dan perkembangan budaya iptek dan budaya bangsa Indonesia yang makin pudar keasliannya, maka upaya strategis dan sinergis untuk menyelaraskan kondisi ini seyogyanya perlu penyadaran diri.

Pembangunan landasan masyarakat akan iptek (capacity building development) yang berkelanjutan mungkin merupakan cara yang dapat dilakukan dalam rangka pengentasan kondisi yang makin menjerumuskan pada situasi dan kondisi yang kurang diharapkan oleh kita bangsa Indonesia. Kenyataannya, globalisasi IPTEK dan budaya telah berkembang dan berlangsung. Apakah kita akan berdiam diri atau berupaya agar tidak larut/tenggelam ?.

Kesemuanya ini ditengahkan dalam rangka penyadaran diri dalam pembangunan landasan dari IPTEK (base line) yang spesifik dan sesuai dengan budaya bangsa Indonesia dengan adat ke Timurannya. (Koran Jakarta, 29 April 2009 / Humasristek)

Definisi Iptek Lingkungan


Iptek Lingkungan ialah teknologi yang berkaitan dengan pemanfaatan dalam kaitannya dengan manjemen lingkungan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersusun sistematis dengan metode tertentu untuk menjelaskan gejala-gejala tertentu pada bidang iptek terhadap linkungan tanpa meusak keseimbangan lingkungan . Upaya pelestarian lingkungan tidak hanya diperlukan saat pembukaan lahan dan penata gunaan tanah. Juga selama kegiatan pembudidayaan sampai ke pengolahan hasil. Pelestarian lingkungan pada semua tahapan produksi perlu menjadi tekad masyarakat, terlebih dalam menghadapi semakin nyaringnya tuntutan pada “produksi hijau”. Selain itu, tekad masyarakat melestarikan lingkungan dapat menjadi perisai terhadap kecaman-kecaman tentang kerusakan lingkungan perkebunan.

Iptek Lingkungan meliputi:
  1. Pengolahan Sampah.
  2. Pengolahan Limbah.
  3. Konservasi Lingkungan.
  4. Badan Pertanian Teknoloi bibit & benih, Rekayasa Genetika.
  • Pengolahan sampah

Gundukan sampah yang setiap hari bertambah satu hingga 1,5 ton, mulai teratasi menyusul beroperasinya pengelolaan sampah terpadu terutama Jakarta, pengelolaan sampah terpadu mampu mengurangi limbah rumah tangga hingga 60-65 persen, sedangkan 35-40 persen sisanya diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Pengelolaannya harus melibatkan semua warga, karena sejak dari awal, rumah tangga harus melakukan pemilahan sampah menjadi tiga bagian, yaitu sampah organik basah (sisa makanan, sayur), kering (kertas, dus, botol), dan limbah berbahaya seperti aki dan baterai bekas, sprayer
insektisida, serta pembalut wanita.

  • Pengolahan Limbah
Limbah ialah hasil buangan suatu pembakaran atau sisa hasil hasil poduksi yang mengandung zat kimia berbahaya yang dapat merusak keseimbangan lingkungan. Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan, agar Lingkungan terjaga dan terlestarikan.


  • Konservasi Lingkungan

Mendukung dan ikut serta dalam program konservasi lingkungan dan bekerjasama akan mnghasilkan suatu pembangunan yang ramah lingkungan serta memperhatikan pada pembangunan ekonomi yang bersifat berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Karena terpeliharanya kelestarian lingkungan, termasuk dengan menjaga kelangsungan hidup spesies laut dan terumbu karang merupakan hal yang memberikan manfaat dan keuntungan bersama dan berkelanjutan dalam jangka panjang sehingga dinikmati oleh generasi yang akan datang.


  • Badan Pertanian Teknologi Bibit & Benih, Rekayasa Genetika
Upaya peningkatan produktivitas dan mutu produk yang sesuai dengan dinamika lingkungan diharapkan dapat dilakukan melalui penelitian bioteknologi. Manipulasi potensi genetik melalui penelitian biologi molekuler, mikrobiologi, bioproses, kultur jaringan dan rekayasa genetika harus dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan maka harus dilakukan bioteknologi.

Maka teknik rekayasa genetik mulai menggelisahkan. Banyak kalangan khawatir bahwa dampak revolusi hijau tahun 1960-an akan terulang kembali. Penggunaan teknologi dan paksaan pasar yang dilakukan dalam revolusi hijau memang menghasilkan produksi pangan dalam jumlah besar. Namun terbukti upaya tersebut mengganggu keseimbangan ekologi, menciptakan wabah baru, dan sejumlah dampak kesehatan bagi manusia.
Hal sama dikhawatirkan terjadi mengikuti inisitiaf rekayasa genetik yang saat ini getol dilakukan pada tanaman. Segelintir perusahaan bioteknologi meyakinkan bahwa seluruh benih transgenik yang dipasarkan sudah melalui berbagai tahap percobaan. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir terhadap dampak lingkungan dan kesehatan yang akan muncul.
Namun keyakinan serupa ternyata tidak dimiliki oleh para aktivis lingkungan dan mereka yang concern terhadap masalah lingkungan. Pesimisme ini muncul setelah tidak ada penjelasan transparan tentang resiko yang menyertai pelepasan benih transgenik ini ke alam bebas.
Di Amerika Serikat, organisasi lingkungan Greenpeace bahkan mengajukan petisi ke Environmental Protection Agency (EPA) agar membatalkan semua perijinan tanaman hasil rekayasa genetik.
Sementara di Indonesia, sejumlah LSM lingkungan mendesak pemerintah bersikap transparan kepada masyarakat soal tanaman transgenik. Terlebih Departemen Pertanian kini aktif menguji sejumlah benih transgenik termasuk kedelai, jagung dan kapas. Khusus untuk yang terakhir bahkan telah dilakukan pelepasan di Sulawesi Selatan pada 7 Februari 2001. Dan sampai saat ini terus memancing perdebatan yang tidak ada hentinya.


Karena Pembangunan yang tidak menjaga keseimbangan lingkungan terjadi dan meningkat dalam beberapa tahun belakangan ini. Alasan tersebut diperparah dengan kurangnya perhatian masyarakat dan ketidakkonsistenannya pemerintah dalam menata permasalahan lingkungan. Akibat ketidakacuhan tersebut baru dapat dirasakan akhir-akhir ini, ketika banyak peristiwa banjir bandang yang melanda berbagai daerah di negara kita.

Setidaknya wawasan mengenai lingkungan, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) akan mengarah pada pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Keberlanjutan Pembangunan


Keberlanjutan Pembangunan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan" (menurut Brundtland Report dari PBB, 1987. Keberlanjutan Pembangunan adalah salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai keberlanjutan pembangunan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.

Banyak laporan PBB, yang terakhir adalah laporan dari KTT Dunia 2005, yang menjabarkan pembangunan berkelanjutan sebagai terdiri dari tiga tiang utama (ekonomi, sosial, dan lingkungan) yang saling bergantung dan memperkuat.

Untuk sebagian orang, keberlanjutan pembangunan berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menghabiskan modal alam. Namun untuk sebagian orang lain, konsep "pertumbuhan ekonomi" itu sendiri bermasalah, karena sumberdaya bumi itu sendiri terbatas.

Keberlanjutan Pembangunan telah menjadi konsep terdepan pada abad ke 21 yang dimana memaparkan suatu pembangunan, yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan generasi saat ini tetapi tidak membahayakan kesempatan bagi generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Di Eropa istilah tersebut berasal dari bidang kehutanan, saat ini "pembangunan berkesimbungan" telah menjadi tujuan penting bagi semua bidang kehidupan seperti ekonomi, ekologi, dan kesetimbangan sosial.

Pembangunan dan pembentukan masa depan kita telah menjadi diskusi internasional seperti pada pertemuan tingkat tinggi Konferensi di Rio de Janeiro dan di Johannesburg. Tetapi ini juga menjadi topik pada tingkat nasional di berbagai negara. Sebagai contoh di Jerman "Enquete-Commission" dari 13 Bundestag (Parlemen) Jerman telah memembentuk undang-undang "perlindungan manusia dan lingkungan" untuk mendalami dan bekerja pada kebutuhan pembangunan berkelanjutan. Di laporan akhir dari komisi ini empat atau 5 aturan telah didefinisikan, yang berkaitan perlunya pembangunan berkelanjutan di Jerman. Konsep ini telah diterima oleh beberapa penguasa terdepan (atas) di berbagai bidang baik ekonomi maupun politik. Tetapi untuk menjalannkan dasar-dasar ini ke dalam praktek, saat ini perusahaan-perusahaan juga memerlukan konsultan sebagai pengarah, yang kompeten untuk menjalankan aturan-aturan pembangunan berkelanjutan di bidang khusus mereka.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_berkelanjutan

Definisi & Peran Kesadaran lingkungan


Definisi:

Kesadaran Lingkungan ialah pengertian yang mendalam pada diri seseorang atau sekelompok orang yang terwujud dalam pemikiran, sikap, dan tingkah laku yang mendukung pengembangan lingkungan, sehinnga individu tersebut akan menjaga dan melestarikan lingkungan tempat ia berada atau tempat ia tinggal.


Kesadaran manusia akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup semakin sulit diharapkan. Hal itu nampak dari sikap dan interaksi manusia –dengan dukungan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dimilikinya– dengan alam lingkungannya yang lebih di dorong oleh semangat eksploitatif. Alam hanya dijadikan sebagai obyek keserakahan nafsu manusia. Sehingga logika interaksi antara manusia dan alam adalah logika penaklukan tanpa mempertimbangkan dampak-dampak ekologisnya.

Keserakahan manusia terhadap alam ini, jika dibiarkan berlangsung terus menerus, akan berdampak serius pada eksistensi kehidupan umat manusia itu sendiri. Bumi sebagai tempat tinggal manusia, akan membusuk dan manusia akan terlumat oleh busuknya bumi tersebut. Kesejukan dan kesegaran udara akan tercemari oleh hitamnya asap tebal akibat polusi yang ditimbulkan kebakaran hutan dan kepulan cerobong-cerobong pabrik. Hijaunya dedaunan di pegunugan dan di hutan-hutan akan mengering akibat penebangan kayu liar yang dilakukan manusia sendiri. Ikan-ikan akan mengambang akibat tercemarnya air laut dengan gas-gas kimia yang di tumpahkan oknum manusia, dan seterusnya.

Maka sepatutnya manusia sadar akan pentingnya lingkungan bagi mereka sendiri dan mulai memelihara kelestarian lingkungan tempatya tinggal demi masa depan dikemudian hari.


Peranan:

1. Kesadaran lingkungan pada pengelolaan teknologi akan meningkatkan efisiensi dan penghematan pemakaian sumberdaya alam dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan akan terlaksana dan ramah lingkungan.

2.
Pengelolaan & pendaurulangan limbah padat, cair, dan gas yang akan diintegrasikan dalam setiap aktivitas, sehingga mengurangi polusi.

3. Pengumpulan, pengelolaan, analisis, pemanfaatan informasi dapat dilaksanakan secara terpadu dalam pengelolaan & pengaturan pelaksanaan kegiatan lingkungan hidup.






Hubungan Lingkungan & Pembangunan


Pembangunan di Kota Jakarta terkesan mengabaikan aspek sosial budaya dan ekologi. Selama ini pemerintah dinilai lebih memprioritaskan pembangunan dalam bidang ekonomi. Seperti pembangunan mal-mal besar diJakarta dan sekitarnya dimana hanya mementingkan kaum menengah keatas. Pemerintah seharusnya menyeimbangkan antara pembangunan dengan lingkungan. Karena terlihat pemerintah saat ini terkesan mengesampingkan dampak pembangunan terhadap lingkungan.

Contohlah Singapura sebagai kota yang seharusnya dijadikan contoh oleh Pemda DKI Jakarta. Singapura adalah kota tropis yang cocok dijadikan acuan oleh pemerintah. Pembangunan,dapat dilakukan tanpa merusak ekosistem yang ada. Menurut Iwan, dalam membangun, pengembang seharusnya mematuhi aturan-aturan yang ada.

Sebelum membangunan, seharusnya ada hitung-hitungan ekologis yang harus dilakukan, karena dengan melakukan perhitungan secara ekologis tersebut, developer dapat menutup kerusakan yang terjadi dengan membangun infrastruktur yang ramah terhadap lingkungan.

Pemerintah terkesan tebang pilih dalam melakukan pembangunan. Pemerintah sering menggusur PKL (pedagang kaki lima) yang dianggap merusak tata lingkungan kota. Sebaliknya, pemerintah terkesan diam ketika yang melakukan pelanggaran adalah orang-orang berduit. Seharusnya Jangan hanya masyarakat kecil yang ditindak karena melakukan pelanggaran, tapi juga orang-orang besar.

Hubungan Pencemaran & Perusahaan lingkungan vs Pembangunan


Manajemen feodalistik perkebunan besar menganggap penggunaan dana untuk kebutuhan Iptek sebagai pemborosan. Iptek dianggap belum menjadi bagian integral dari pengembangan usaha perkebunan. Penyediaan dana penelitian dan pengembangan perkebunan masih mengandalkan pemerintah dan sebagian kecil dari BUMN.

Dengan keterbatasannya, lembaga penelitian perkebunan hingga saat ini belum berhasil melakukan transfer teknologi, terutama ke perkebunan rakyat secara efektif. Transfer teknologi masih terbatas pada daerah-daerah pengembangan perkebunan rakyat.

Metode paling efisien dalam kegiatan pembukaan lahan perkebunan adalah pembakaran. Namun dampak lingkungan yang ditimbulkannya sangat merugikan. Sampai saat ini, pembakaran dalam kegiatan pembukaan lahan masih dijalankan, baik di perkebunan rakyat maupun perkebunan besar. UU tentang pengelolaan lingkungan hidup masih memberi toleransi adanya pembakaran terkendali untuk perkebunan rakyat dan pelarangan untuk perkebunan besar.

Sebagai contoh limbah padat, cair dan gas masih menjadi masalah penting di perkebunan, baik di level on farm maupun di pabrik. Masalah ini timbul dalam batas tertentu karena belum adanya teknologi penanganan limbah, mahalnya investasi industri pemanfaatan limbah perkebunan dan rendahnya kesadaran penanganan limbah dan lemahnya penerapan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penanganan limbah.

Pengembangan perkebunan di kawasan bekas hutan dan perkebunan rakyat tradisional serta penerapan pola tanam monokultur menyebabkan timbulnya masalah keanekaragaman hayati. Berbagai spesies musnah karena pengembangan perkebunan.

Sumber: Lembaga Riset Perkebunan Indonesia

Kalau Uang Bicara Palu Hukum Bisa DiAtur


Bukan nyontek masalah paham komunisnya. Itu mah udah nggak up to date alias ketinggalan jaman. Tapi gw ingin meniru penerapan hukum di China dalam kasus korupsi. Jika gw jadi petinggi Negara, yaaa… misalnya jadi Presiden, nggak ada pandang bulu semua orang yang sangat merugikan Negara contoh seperti soal KKN bakal gw penjarain sesuai apa yang udah dia buat. Seharusnya Hukum sama dimasyarakat tapi malah Hukum Cuma dirasain sama orang kecil yang cuma nyolong ayam atau hal yang kecil bisa dipenjara 3 tahun sedangkan pejabat yang ketahuan korupsi sampai Milyaran Rupiah, gila……Milyaran Bro!!! kalo buat makan diwarteg udah kaya apa perut gw. Cuma ditahan 2 tahun itu juga dapat remisi terus, dihitung-hitung paling ditahan 8 bulanan doank.

Kalo cara gw sih mending TEMBAK MATI KORUPTOR! Beuh… Keren. Kalo koruptor hanya dihukum penjara, yang mana tiap tahun selalu ada remisi, dan di penjara bisa dapet kemewahan karena mampu nyogok, semua orang gak akan takut untuk korupsi. Lihat China! Angka korupsinya bisa turun drastis sejak hukuman mati diberlakukan untuk beberapa koruptor kakap. Pokoknya, semua koruptor kudu di DOR!!! Mantap!

Emank dasar Indonesia seneng banget buat rusuh bangsa sendiri. Tapi bukan Cuma ngusir Koruptor aja, Coba Lihat Jepang aduh gw dari tadi lihat Negara orang terus………, gw ingin memompa orang Indonesia biar punya etos kerja yang tinggi dan bisa seperti Jepang yang hanya butuh waktu beberapa tahun setelah kalah perang untuk bangkit jadi kekuatan ekonomi papan atas dunia jangan tahu Maria Ozawa mulu. Jepang aja bias maju, masa kita enggak??

pertumbuhan Penduduk Dan Penyakit Yang Berkaitan Dengan Lingkungan Hidup


pertumbuhan Penduduk Dan Penyakit Yang Berkaitan Dengan Lingkungan Hidup


KERUSAKAN ALAM


kebakaran wipedia - Telusuri dengan Google



Kabut Asap di Kalimantan Meluas

Kabut asap menyelimuti sejumlah wilayah khususnya di Kalimantan Timur dan Selatan. Akibatnya aktivitas warga terganggu.
http://ronajingga.com/berita/kabut-asap-di-kalimantan-meluas.html


Kebakaran Lahan di Pontianak dekati Pemukiman

Kebakaran lahan di Pontianak, Kalimantan Barat, merambat ke pemukiman warga. Petugas pemadam kebakaran kewalahan karena titik api menjalar ke dalam tanah. Kabut asap dari kebakaran juga kerap mengganggu warga Pontianak. Pertengah bulan silam, kabut asap yang tebal menutupi kawasan Kota Baru, Jalan Ampera, Jalan Purnama, Sungai Raya Dalam, Siantan, dan Parit Haji Husin II. Daerah-daerah tersebut termasuk kawasan bergambut yang mudah terbakar serta sulit dipadamkan. liputan6

http://berita.liputan6.com/daerah/200908/239203/Kebakaran.Lahan.di.Pontianak.Dekati.Pemukiman


Presentasi yang menyangkut Kebakaran Lahan yang telah saya buat.

download klik disini
lihat presentasi klik disini



ganti dari ".pdf" menjadi ".ppt", contoh "a.pdf" menjadi "a.ppt"